Review: The Cat
Sesuatu yang lumrah jika film horor asal
negeri ginseng ini menempatkan seekor kucing untuk dihubung-hubungkan
dengan dunia gaib, kucing memang selalu menjadi binatang yang tepat
untuk dijadikan “alat” di sebuah film horor. Kucing pun sering
dikait-kaitkan dengan berbagai macam mitos yang berkaitan dengan alam
“sana”, di Indonesia misalnya jika ada orang yang meninggal lalu
dilompati oleh kucing, niscaya mayat orang tersebut akan bangkit
kembali. Hewan lucu favorit manusia untuk
dipelihara ini pun dipercaya bisa melihat apa yang kita tidak bisa
lihat, sudah banyak film horor yang menggambarkan kucing bisa melihat
hantu. Di dunia barat sana, kucing juga dihubung-hubungkan dengan
sesuatu yang berhubungan dengan sihir. Well, “The Cat” atau
Go-hyang-i: Jook-eum-eul Bo-neun Doo Gae-eui Noon (dalam bahasa Korea,
panjang juga ya) sekali lagi akan memanfaatkan kucing sebagai medium,
sebuah peringatan untuk memberitahu manusia, dalam hal ini aktor dalam
film dan juga penonton jika ada “sesuatu”, ketika mereka mulai bersuara
aneh. Semua berawal dari kucing… dan kucing akan menjadi kunci dari
semua misteri dan teror yang akan ada di film yang disutradarai oleh
Byun Seung-Wook ini.
“The Cat” mengawali ceritanya dengan
memperkenalkan seorang perempuan cantik yang bekerja di sebuah salon
hewan, So-Yeon (Park Min-Young). Walaupun terlihat normal, dia
sebenarnya punya masa lalu yang kurang mengenakan, karena hal tersebut,
So-Yeon terpaksa bolak-balik menemui psikiaternya jika terjadi masalah
pada dirinya. Suatu hari, salonnya kedatangan kucing bernama Silky,
seperti biasa juga So-Yeon mengurus setiap kucing pelanggan dengan baik,
karena dia juga sayang kepada kucing. Keesokan harinya, pemilik kucing
tersebut ditemukan tewas secara mengenaskan di sebuah lift, So-Yeon
kebetulan lewat di tempat kejadian dan bertemu dengan seorang petugas
polisi bernama Joon-Suk (Kim Dong-Wook), awalnya dia akan membawa Silky
tapi akhirnya meminta So-Yeon untuk mengurusnya. Saya sudah bisa
menebak, ada sesuatu yang tidak beres dengan kucing Persia tersebut,
benar saja setelah So-Yeon membawanya ke tempatnya, tidak perlu waktu
lama sampai dia melihat penampakan aneh. Awalnya So-Yeon mengira itu
bagian dari trauma dan kembali kepada psikiaternya, namun kejadian demi
kejadian aneh semakin sering muncul. Keadaan semakin menakutkan ketika
tidak saja So-Yeon selalu didatangi hantu anak kecil yang menyeramkan,
tetapi orang yang dia kenal mulai menjadi korban. Dibantu oleh Joon-Suk,
So-Yeon pun mulai menelusuri jejak-jejak yang mengerikan berkaitan
dengan misteri ini…apa kaitannya dengan Silky?
Berharap ini adalah film horor dari
Korea yang menakutkan, “The Cat” justru melakukan kesalahan fatal sejak
awal. Sebuah kesalahan yang pada akhirnya membuat semangat ini menurun
drastis dan mood berantakan tak karuan, buruknya lagi sampai ke akhir,
film ini ternyata tidak berusaha untuk membuat saya merinding, bahkan
mencoba menggerakkan bulu kuduk saja tidak. Sudah biasa ya film horor
ingin menampilkan hantu-nya sejak dari awal, setiap film punya alasannya
masing-masing, dan untuk “The Cat” mungkin alasan itu karena ingin
membuat kita penasaran lebih dahulu, untuk nantinya kita akan diajak ke
misteri demi misteri yang berkaitan dengan kemunculan seekor kucing
bernama Silky. Eh sayangnya kejutan yang seharusnya membuat saya ingin
terus menonton, malah dibuat “kacangan”, hantu dengan efek komputer yang
tiba-tiba muncul seakan dia tidak pernah lulus ujian menakuti manusia,
yup sama sekali tidak menakutkan. Entah kenapa film ini lebih memilih
untuk mempoles wajah si hantu dengan efek komputer kasar seperti itu,
dengan mata kucing yang menggelikan pula. Alhasil bukannya menjerit,
setiap kali hantu muncul saya justru tertawa, belum lagi melihat
bagaimana cara dia muncul.
“The Cat” punya banyak kejutan yang
sudah bisa ditebak, kemunculan klise si hantu ini sebetulnya bisa saja
menakutkan, tapi ya itu tadi, sejak awal saya sudah lebih dahulu tak
“sreg” dengan sumber teror di film ini, bisa dibilang “ilfil”. Selain
saya yang “pasti habis ini si hantu muncul”, “The Cat” juga menempatkan
si hantu untuk menjadi narsir, kerap ingin menampakan diri, di tengah
misteri yang dibangun dengan tidak maksimal juga. Maaf, tapi saya justru
asyik tuh menghabisi cemilan di depan saya ketimbang sibuk ikut susah
payah memecahkan misteri yang coba dirangkai oleh Byun Seung-Wook ini.
Saya bukannya malas, tapi sang sutradara sepertinya tidak punya niat
tulus untuk mengajak saya masuk kedalam cerita, walau alurnya bisa
dibilang aman, tapi “The Cat” tetap saja membosankan buat saya. Ketika
misteri belum habis dibahas, film ini kemudian “maksa” untuk menyelipkan
sedikit romansa yang sama sekali tidak penting, alih-alih memberikan
variasi cerita dan rasa simpatik kita pada tokoh utama, selipan tersebut
tidak lebih dari bagian yang sama sekali tidak saya pedulikan.
Bagaimana mau peduli jika dari awal toh film ini sudah kehilangan chemistry-nya dengan penonton yang ingin ditakuti.
Park Min-Young memang saya akui cantik,
untuk urusan membuat mata (lelaki) ini tidak berkedip, pemeran So-Yeon
sudah melakukan misinya dengan sukses. Beda lagi saat dia harus
berakting, berpura-pura takut ketika melihat hantu yang kerap
mengganggunya. Aktor/aktris dalam film horor itu punya peranan penting
juga, dia punya pekerjaan rumah untuk mengajak kita untuk merasakan apa
yang dia rasakan, misalnya ketika dia merasa ketakutan setengah mati,
setengahnya lagi dibagikan kepada penontonnya. Jadi penonton tidak hanya
dibiarkan mengikuti cerita tetapi bisa merasakan ketakutan yang sama
yang dirasakan oleh mereka. So-Yeon tidak melakukan itu, ok dia memang
terlihat ketakutan, tapi hanya sekedar mengerutkan dahi atau berteriak,
sedangkan “rasa” ketakutan itu saya rasakan sangatlah kurang, padahal
film ini sudah memberikan dia salah-satu adegan yang cukup menyeramkan
(satu-satunya adegan cukup seram dalam film ini), tapi tidak juga
membantunya, saya pun kembali asyik melahap makan siang (habis cemilan
kemudian makan… laper yee). “The Cat” hanya terlihat menjanjikan di
trailer, padahal Korea pun punya track record bagus soal film
hantu-hantuan, tapi untuk kali ini saya dikecewakan. Sejak awal film ini
sudah salah langkah, atmosfir horornya tidak terasa, kejutan dan juga
penampakannya tidak berusaha “menantang” nyali penontonnya. Film horor
yang terasa hambar dengan hantu yang justru terlihat “unyu”.
adapted from : www.google.com
0 komentar:
Posting Komentar